Metoda Jonim Musik bertujuan untuk menggali potensi kecerdasan serta karakter bayi dan anak melalui musik dengan melibatkan orang tua di dalam prosesnya.
Kelas Jonim Musik disesuaikan dengan usia perkembangan anak dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Evaluasi pembelajaran dilakukan melalui kegiatan konser.
Kami dengan senang hati menawarkan kesempatan bagi anda yang ingin mencoba menjelajahi kegiatan bersama di Kelas Jonim Musik! Kontak kami untuk informasi lebih lanjut.
Terdengar dari jauh suara siulan, suara yang sangat mendamaikan hati.
Episode 2: Mau Dengar Suara Tin Whistle?
Di episode kedua kali ini, kita akan berkenalan dengan alat musik tin whistle yang akan dimainkan oleh Wa Ono @bhumipanaka! Wa Ono juga punya pesan untuk adik-adik yang sedang #dirumahaja.
View this post on Instagram
Pertama kali saya berkenalan dengan Pak Ono adalah ketika menjadi pemain tambahan untuk band Pak Ono Deugalih and Folks di sebuah acara. Lagu di bawah ini adalah lagu untuk anak-anak “Heyya Kid” yang diciptakan oleh Pak Ono dan saya pun ikut mengisi rekaman dengan biola.
Tin Whistle adalah alat musik tiup yang terkenal dan sering digunakan dalam musik tradisional Irlandia. Alat musik ini memiliki 6 lubang dan biasanya terbuat dari kuningan atau tabung kuningan yang dilapisi nikel. Pemain tin whistle disebut tin whistler. Bisa didengar dari video di bawah ini, tin whistle memiliki jangkauan suara yang tinggi. Mama dan Papa bisa mengenalkan adik-adik alat musik tradisional Irlandia ini sekaligus lagu dengan aliran Celtic.
Saya sendiri bingung dengan terjemahan bahasa Indonesia dari tin whistle, ada yang menyebutnya dengan peluit timah, namun teman saya bilang kalau saya memakai kata peluit timah, takutnya salah arti menjadi peluit.
Berikut adalah video kartun untuk anak-anak tentang tin whistle.
Mama dan Papa bisa dowonload PDF gratis berisi gambar tin whistle yang bisa digunakan anak-anak untuk mewarna mau pun belajar menulis! Mom tinggal klik gambar dibawah lalu save!
Tunggu episode kami selanjutnya, ada banyak alat-alat musik yang dapat dikenalkan kepada anak-anak!
Salam hangat,
Fiola
“Hidup itu seperti piano. Apa yang Anda dapatkan tergantung pada bagaimana Anda memainkannya. ” -Tom Lehrer
Episode 1: Mau Dengar Suara Piano?
Di episode pertama kali ini, kita akan berkenalan dengan alat musik piano yang akan dimainkan oleh Ibu @goeti! Ibu Goeti juga punya pesan untuk adik-adik yang sedang #dirumahaja.⠀
View this post on Instagram
Untuk semua yang belum tahu, Ibu Goeti adalah mama saya sekaligus pendiri kelas bayi dan anak Jonim Musik. Sudah lebih dari 20 tahun Ibu Goeti fokus mengajar piano untuk anak-anak. Sampai saat ini, ia masih berdedikasi untuk mengajar piano serta mengembangkan kurikulum Jonim Musik. Untuk lebih lengkap ceritanya bisa membaca “Dari Keluarga untuk Keluarga.”
Piano: alat musik paling populer
Piano adalah salah satu alat musik dari barat yang paling populer diketahui semua orang. Alat musik ini biasanya menjadi pilihan banyak orang untuk belajar alat musik pertama kalinya. Kenapa ya?
1. Mudah untuk dimainkan dengan segera
Alat musik piano dapat dimainkan segera oleh semua orang, bahkan bayi sekali pun. Ketika kita menekan tuts piano bisa langsung terdengar suaranya dengan enak. Tidak seperti instrumen lainnya yang harus di-stem (diatur nadanya) terlebih dahulu sebelum dimainkan atau mempelajari teknik-teknik tertentu untuk menghasilkan suara yang indah dan tidak sumbang.
2. Dapat memainkan bagian melodi sekaligus iringan dalam musik
Tidak semua alat musik dapat memainkan bagian melodi sekaligus iringan dalam waktu bersamaan. Bahkan, kita bisa memainkan aransemen lagu yang dimainkan oleh sebuah orkestra (dengan lebih dari 10 alat musik) dengan piano!
Di bawah ini merupakan video pemain biola terkenal Ray Chen memainkan Mendelssohn Violin Concerto in E minor diiringi oleh orkestra.
Sedangkan berikut adalah video pemain biola Ji-Won Song memainkan lagu yang sama diiringi oleh pianis Hui-Chuan Chen.
Ketika bermain piano, kita dapat merasa memainkan lagu secara utuh. Maksud utuh disini adalah jika kita memainkan alat musik yang hanya memainkan bagian melodi seperti biola, akan terasa bahwa kita memerlukan sebuah iringan yang memainkan akor-akor.
3. Dapat membantu mempelajari dasar musik dengan lebih mudah
Karena piano dapat langsung segera dimainkan, anak-anak dapat belajar serta mengerti dasar-dasar musik (seperti tangga nada, akor, interval, dll.) dengan lebih mudah sambil mendengar serta memainkan alat musik. Anak-anak juga langsung membaca partitur dalam 2 kunci yang berbeda, kunci G dan kunci F (treble & bass clef). Salah satu alasan pertama saya memilih biola adalah karena saya hanya perlu membaca satu kunci.
Ketika sudah mengenal dan mengerti konsep-konsep dasar musik, anak-anak dengan lebih mudah dapat berganti ke instrumen lain. Seperti saya dulu, setelah belajar piano, saya dapat langsung belajar biola serta fokus kepada teknik biola karena saya sudah memiliki modal kemampuan membaca partitur serta mengetahui teori dasar musik lainnya.
4. Pemeliharaan alat musik piano cenderung lebih sederhana
Piano tidak perlu di-stem setiap hari, hanya perlu beberapa kali dalam satu tahun tergantung dengan frekuensi penggunaan. Piano digital bahkan tidak akan perlu di-stem sama sekali. Pada umumnya piano dapat bertahan sangat lama sampai harus mengganti suku cadangnya, tidak seperti gitar atau biola yang perlu mengganti senar secara cukup sering.
Meski piano merupakan alat musik yang cenderung mudah untuk langsung dimainkan, terdapat banyak kompleksitas ketika bermain piano, seperti membaca banyak not nada dalam waktu bersamaan atau menghasilkan beragam tekstur atau warna suara tertentu. Meskipun demikian, kita perlu untuk mengingat bahwa hal yang terpenting adalah membuat anak suka dengan musik dan dapat merasakan bahwa ketekunannya bisa membawakan hasil yang baik!
Khatia Buniatishvili adalah salah satu pianis dunia yang terkenal saat ini, juga merupakan salah satu pianis favorit saya. Berikut cuplikan video ia memainkan Waltz Nocturne lagu Chopin.
Semoga sedikit penjelasan dan gambaran umum tentang piano dapat membantu Mama, Papa, mau pun buah hati tercinta untuk lebih mengetahui tentang alat musik piano. Jika ada yang ingin ditanyakan dan memiliki ide-ide tentang konten yang dapat saya tulis, bisa langsung memberikan komentar di kolom bagian bawah atau pun mengontak saya lewat e-mail Jonim Musik.
Salam hangat,
Fiola
“Saat ini kita bersama-sama sedang menjalani hari penuh tantangan baru… sama-sama berusaha dan beradaptasi menghadapi sebuah situasi yang membuat kita bersama meski dengan adanya jarak yang memisahkan.”
Saya ingin mengungkapkan apresiasi saya untuk semua Mama yang sedang #dirumahaja… yang harus berjuang menemani anak-anaknya agar tidak bosan di rumah, membantu anak belajar dengan metode online distance learning, dengan beragam dan banyaknya PR, belum lagi memasak, belanja keperluan sehari-hari, bersih-bersih rumah, mengurus suami juga, atau bahkan mungkin melakukan semua hal tersebut sambil tetap melakukan work from home.
Apresiasi juga tak lupa saya ungkapkan untuk semua Papa yang tetap berusaha bekerja menafkahi keluarga, yang entah harus beradaptasi kembali dengan metode kerja secara online di rumah, atau pun setiap harinya harus pergi ke luar rumah untuk bekerja sambil menggunakan masker, berusaha menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat serta terlindungi dari virus.
Sudah hampir satu bulan kita berusaha berkomitmen untuk #dirumahaja. Sering sekali saya mendengar curhatan dari teman-teman saya, keluarga, mau pun orang tua Jonim Musik betapa menantangnya untuk diam di rumah saja. Hal ini semakin membuat saya bersama Jonim Musik berusaha memutar otak untuk mencari jawaban dari pertanyaan dan kegelisahan kami…
“Apa yang bisa kami lakukan untuk orang-orang di situasi seperti ini?
Sampai saat ini kami belum membuka kelas online dan lain-lain karena masih menunggu juga kabar hasil survey yang kami sudah berikan kepada para orang tua kelas Jonim Musik, sambil berusaha juga membereskan semua sistem operasional, administrasi, mau pun kurikulum. Kami tidak ingin bergerak atas keinginan kami, tapi kami ingin memenuhi kebutuhan orang-orang yang telah mempercayai kami selama bertahun-tahun, oleh karena itu, suara Mama dan Papalah yang sangat ingin kami dengar.
Akhirnya, sambil membereskan banyak hal serta menunggu hasil survey, saya memutuskan untuk mencoba membuat mini seri di IGTV Jonim Musik dengan tema, “Mau Dengar Suaranya?” Ini adalah seri tentang memperkenalkan beragam alat musik kepada semua anak-anak. Semua Kakak-Kakak yang akan mengenalkan alat musik juga punya pesan untuk adik-adik yang sedang #dirumahaja. Semoga tontonan pendek ini dapat menjadi hiburan edukatif yang bisa dinikmati oleh adik-adik di rumah.
View this post on Instagram
Mungkin bagi Mama dan Papa yang belum melihat, bisa juga membaca tentang “Mengajari Anak-Anak Cara Cuci Tangan dengan Lagu.”
Semoga kita semua selalu berada di dalam perlindungan Tuhan, diberikan kesehatan serta semangat untuk terus menghadapi hari menemani keluarga tercinta di rumah.
Salam hangat,
Fiola
“Setiap kali menonton film-film seperti I am Legend, Quarantine, Resident Evil, A Quiet Place, selalu muncul di benak saya… Apakah hal seperti ini akan terjadi kepada kita?”
Sudah hampir satu bulan lamanya sejak kelas Jonim Musik diliburkan karena keadaan pandemi saat ini. Kejadian yang tak pernah kita semua bayangkan akan terjadi. Meski tidak seekstrim seperti di film-film yang saya sebutkan di atas, keadaan ini bukanlah keadaan yang mudah untuk siapa pun di dunia…
Semua guru dan karyawan Jonim Musik sangat rindu bermain dan bermusik bersama anak-anak di kelas. Sedih sekali rasanya setiap mengingat betapa pesatnya perkembangan semua bayi dan anak kelas Jonim Musik. Kami pun terus memikirkan cara agar anak-anak tetap dapat belajar dan bermusik di rumah. Lalu kami teringat…
Mencuci tangan secara teratur adalah Salah satu cara yang disarankan oleh WHO yang dapat kita semua lakukan untuk berusaha melindungi diri agar terhindar dari virus corona COVID-19..
Akhirnya kami memutuskan untuk mengaransemen lagu daerah Kalimantan Selatan “Ampar-Ampar Pisang” serta merangkai lirik sesederhana mungkin dengan nada yang riang, serta tempo yang tidak terlalu cepat untuk Mama dan Papa ajarkan kepada anak-anak.
Kami semakin menyadari betapa musik dapat menjadi media yang menyenangkan bagi bayi mau pun anak untuk belajar mengetahui, mengerti, bahkan memahami sesuatu hal yang baru. Ketika berusaha menuliskan lirik, menyanyikannya, dan memeragakan cara cuci tangan, saya sendiri pun akhirnya dapat lebih mudah menghafal langkah-langkah cuci tangan yang dianjurkan.
Semoga video ini dapat menghibur serta menjadi cara yang memudahkan dan menyenangkan bagi anak-anak, atau bahkan Mama dan Papa untuk menghafal langkah-langkah cuci tangan yang baik. Untuk saat ini, baru ini yang dapat Jonim Musik berikan kepada Mama, Papa, dan buah hati tercinta.
Jika memang video ini dirasa bermanfaat, Mama dan Papa boleh share kepada kerabat yang dikasihi. Berikut link jika ingin mengunduh video ini: Lagu Anak Cuci Tangan – Jonim Musik (klik kanan dan save as).
Doa kami untuk anak-anak, Mama, Papa, dan orang-orang yang dicintai. Semoga kita semua selalu dilindungi, diberi kesehatan, kekuatan, dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini.
Salam hangat,
Fiola
“Cara mengajar kamu itu seperti terapi, coba kamu buat sekolah musik di ruang belakang, bisa menjadi observasi dan penelitian untuk ilmu psikologi perkembangan anak. Nanti saya akan panggil S2 atau doktor untuk observasi…”
Itulah kata-kata almarhum Kakek saya dulu, sekitar tahun 2006 kepada Mami ketika sedang mengobrol di meja makan. Meski bertahun-tahun telah berlalu, kalimat beliau tersebut selalu terngiang di benak Mami. Mami awalnya berpikir bahwa membuat sebuah sekolah musik untuk anak adalah sesuatu yang impossible.
Almarhum Kakek saya, Prof. Dr. John S. Nimpoeno, atau sering keluarga sapa dengan panggilan “Bapak,” adalah seorang psikolog dan dan pakar grafologi (ilmu membaca tulisan tangan). Sedangkan Ibu Goeti, Mami saya, memang sudah lama mengajar piano kepada anak-anak, bahkan sebelum saya lahir. Saya pun pertama kali belajar piano saat umur 3 tahun, di kelas musik kelompok Mami.
Dulu Mami mengajar privat piano di ruang tamu, yang terletak bersebelahan dengan ruang TV. Keluarga kecil kami tinggal bersama Bapak dan Oma. Ternyata, almarhum Bapak selalu memerhatikan Mami mengajar. Mami sering bercerita dan berdiskusi untuk meminta saran masukan untuk metode pengajaran anak-anaknya terutama yang membutuhkan treatment pengajaran khusus.
Semenjak kecil saya sering mendengar dan diajarkan bahwa doa orang tua adalah doa yang paling ampuh. Saya pun memercayainya karena telah mengalami dan menyaksikan hal tersebut berulang kali. Jonim Musik adalah salah satu pengalaman nyata.
Satu hari, tiba-tiba Mami jatuh sakit, ia tidak bisa naik turun tangga atau mengangkat barang berat. Ia pun terpaksa memutuskan untuk pensiun dini sebagai dosen Sastra Prancis di UNPAD pada tahun 2012. Meski tetap mengajar piano privat, ia masih merasa kebingungan mengisi waktunya ketika menganggur. Papi mendorong dan memberanikan Mami untuk membuka kelas kelompok musik anak di garasi. Niatan tersebut pun direstui oleh Oma.
Akhirnya Mami mendapat 5 murid pertama dan membuka ‘Kelas Garasi’ di hari Minggu, 3 juni 2012, sebuah kelas kelompok musik untuk anak usia 4-6 tahun di garasi rumah Bapak yang menjadi awal mula terbentuknya Jonim Musik.
Ada banyak cara untuk terus menghidupkan seseorang…
Nama “JONIM” diambil dari nama almarhum Bapak, “John Nimpoeno,” sebagai bentuk terima kasih dan penghormatan kami, sebagai cara mengenang untuk terus menghidupkan nama beliau. Cucu-cucu Bapak, termasuk saya, selalu memanggil beliau dengan sebutan “Bapak Gajah,” karena ketika kami masih kecil, kami berpikir bahwa yang paling tua adalah yang paling besar, dan gajah merupakan sosok yang besar.
Terima kasih kepada sepupu ipar saya, Givary Malik, pendiri brand Motiviga, yang mendesain logo kami dan membantu kami membuat tas Jonim Musik yang dipakai anak-anak sampai sekarang, Dina Kamalita, yang pernah membantu mengajar di kelas-kelas Jonim Musik, Om yang selalu mendukung kami dengan memberikan saran serta masukan terkait pengelolaan finansial, Tante Nuniek yang membantu merapikan administrasi kami, serta Ozom, drummer band Rocket Rockers yang mempercayakan anakmu untuk belajar di Jonim Musik serta mengenalkan dan membawa banyak temanmu untuk belajar di Jonim Musik.
Kami tidak pernah dan tidak akan bisa sendiri…
Meski selama berpuluh-puluh tahun Mami telah memiliki pengalaman mengajar anak, mengikuti berbagai pelatihan, master class, workshop pengajaran anak di luar mau pun dalam negeri, ia masih merasa kebingungan ketika mengajar anak, apalagi dengan usia semakin dini.
Akhirnya Mami bertemu dan mendapat pelatihan dari Rasheeda Cooper, pengajar senior metode Suzuki di Melbourne, dan Julie Spithill, pianis dan doctor di University of Sidney Conservatorium of Music, yang memberikan pelatihan serta pengarahan tentang metode pengajaran untuk anak usia dini. Almarhumah Dr. Sutji Martiningsih Wibowo, M.Si. juga sempat melakukan beberapa observasi di kelas Mami dan memberikan banyak masukan bermanfaat dalam memilih aktivitas yang sesuai serta cara menangani anak usia dini.
Mereka merupakan sosok-sosok yang sangat membantu, menginspirasi Mami untuk menemukan dan membangun metode pengajaran musik untuk anak usia dini yang sampai sekarang digunakan di Jonim Musik. Perlahan-lahan, setelah membuka kelas musik kelompok anak Pelangi (4-5 tahun) dan Aurora (5-6 tahun), Mami membuka Kelas Matahari (usia 3-4 tahun), dilanjutkan dengan Kelas Bulan (usia 2-3 tahun), sampai akhirnya Kelas bintang (usia 6-23 bulan).
Papi, yang kita kenal dengan sapaan “Pak Roy,” merupakan dosen Ilmu Komunikasi yang membantu mami merancang dan mengembangkan sistem pendidikan Kelas Jonim Musik. Ia juga memfasilitasi materi kebutuhan kelas. Dengan berbekal pengalamannya sebagai pelatih paduan suara di berbagai sekolah mau pun universitas serta menjadi penanggung jawab kemahasiswaan, ia mengaransemen serta menciptakan materi-materi musik yang digunakan di kelas, serta mengorganisir berbagai acara-acara untuk mewadahi bayi serta anak tampil di atas panggung. Kami berhasil mengadakan konser perdana Jonim Musik di tahun 2014.
Selalu akan ada masalah yang menggoda dan memicu munculnya keinginan berhenti atau pun menyerah…
Perjuangan membangun sebuah usaha pastinya terasa seperti menaiki roller coaster. Ada banyak tantangan seperti kekurangan dana, murid mau pun pengajar, mengembangkan materi, mencari cara efektif untuk menghadapi keunikan mau pun karakteristik anak-anak, dan masih banyak lagi.
Banyak suka-duka, kemudahan-tantangan menjalani usaha keluarga. Namun pada akhirnya, kami selalu berusaha mengingatkan satu sama lain tentang: awal mula mengapa kami memutuskan untuk membuat Jonim Musik?
Kesulitan yang cukup berat menurut saya dalam membangun usaha di bidang pendidikan adalah mendapatkan sumber daya manusia yang memadai. Setelah beberapa lama mencari guru untuk mengajar, kami mendapatkan bantuan dari guru-guru yang berkualitas, namun mereka pada akhirnya harus berhenti mengajar karena pindah ke luar kota.
Kami merasa sangat bersyukur bertemu dan mendapatkan bantuan dari Ibu Atje dan Kak Filla yang sudah bertahun-tahun setia mengajar di Jonim Musik. Pak Abang juga telah sangat berjasa membantu kami membangun, merenovasi, memperbaiki kerusakan-kerusakan, mau pun menyiapkan fasilitas-fasilitas untuk acara mau pun kelas Jonim Musik. Sekarang ada Nia, admin Jonim Musik yang memudahkan menjalankan segala sistem dan operasional kami, serta guru-guru seperti Bu Sari, Kak Tasha, Kak Belva, Kak Zaza, dan Kak Grace yang selalu memberikan usaha terbaik dalam mengajar anak-anak di kelas.
Almarhum Prof. John Nimpoeno sebagai sosok Bapak mau pun Kakek, beliau telah menanamkan begitu banyak ajaran baik tentang berkehidupan. Beliau telah mendedikasikan hidupnya untuk mengajar serta membantu banyak orang menggali serta menemukan bakat mau pun potensi mereka melalui ilmu grafologi dan psikologi yang beliau miliki.
Kini saatnya kami, meneruskan ilmu serta amal baik peninggalan beliau melalui Jonim Musik. Tujuan Jonim Musik adalah menggunakan musik sebagai media untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak, membentuk sikap dan perilaku positif untuk membangun karakter baik anak sejak usia dini, memberikan momen penuh kebahagiaan untuk mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua agar saling mengenal satu sama lain lebih dalam. Pada akhirnya, anak sendirilah yang memilih apakah mereka ingin melanjutkan menjadi musisi atau tidak.
Saya sendiri adalah salah seorang bukti nyata dari anak yang merasa bersyukur karena beruntung telah lahir dan hidup di lingkungan musik. Beberapa potongan momen terindah tentang masa kecil yang masih teringat di benak saya adalah ketika mengikuti kelas kelompok musik Mami, tampil bermain piano dan biola pertama kali di atas panggung, serta bermain bersama teman-teman yang saya kenal di kelas.
Musik telah membawa saya melihat banyak tempat baru, mengenal orang-orang dari berbagai daerah mau pun manca negara, serta membantu menghadapi dan menjalankan pahit-manis kehidupan.
Kepercayaan orang tua mau pun keluarga murid-murid Jonim Musik merupakan salah satu motivasi terbesar kami untuk terus berusaha mengembangkan dan memberikan yang terbaik. Tanpa kalian semua, kami tidak akan bertahan dan maju sampai di titik ini.
Saya terinspirasi untuk mulai membuat tulisan-tulisan di blog Jonim Musik untuk bercerita tentang pengalaman kami mengajar musik, menghadapi keunikan para bayi dan anak, mengembangkan Jonim Musik, dan topik-topik lainnya yang semoga dapat bermanfaat bagi semuanya yang membaca.
Artikel ini saya dedikasikan untuk semua yang telah membantu di sepanjang perjalanan kami membangun Jonim Musik, sebagai bentuk terima kasih dan rasa syukur kami, serta menjadi pengingat kami tentang awal mula mengapa kami memutuskan untuk membangun Jonim Musik. Terima kasih banyak kami ucapkan untuk semuanya. Semoga semua usaha yang kami berikan bisa memberi banyak manfaat untuk para anak, keluarga, dan semuanya.
Mari bersama terus semangat dan berusaha memberikan segala dukungan yang terbaik untuk anak-anak tercinta!
Salam Hangat,
Fiola