“Cara mengajar kamu itu seperti terapi, coba kamu buat sekolah musik di ruang belakang, bisa menjadi observasi dan penelitian untuk ilmu psikologi perkembangan anak. Nanti saya akan panggil S2 atau doktor untuk observasi…”
Itulah kata-kata almarhum Kakek saya dulu, sekitar tahun 2006 kepada Mami ketika sedang mengobrol di meja makan. Meski bertahun-tahun telah berlalu, kalimat beliau tersebut selalu terngiang di benak Mami. Mami awalnya berpikir bahwa membuat sebuah sekolah musik untuk anak adalah sesuatu yang impossible.
John S. Nimpoeno, Foto oleh Gunnar Nimpoeno
Almarhum Kakek saya, Prof. Dr. John S. Nimpoeno, atau sering keluarga sapa dengan panggilan “Bapak,” adalah seorang psikolog dan dan pakar grafologi (ilmu membaca tulisan tangan). Sedangkan Ibu Goeti, Mami saya, memang sudah lama mengajar piano kepada anak-anak, bahkan sebelum saya lahir. Saya pun pertama kali belajar piano saat umur 3 tahun, di kelas musik kelompok Mami.
Dulu Mami mengajar privat piano di ruang tamu, yang terletak bersebelahan dengan ruang TV. Keluarga kecil kami tinggal bersama Bapak dan Oma. Ternyata, almarhum Bapak selalu memerhatikan Mami mengajar. Mami sering bercerita dan berdiskusi untuk meminta saran masukan untuk metode pengajaran anak-anaknya terutama yang membutuhkan treatment pengajaran khusus.
Semenjak kecil saya sering mendengar dan diajarkan bahwa doa orang tua adalah doa yang paling ampuh. Saya pun memercayainya karena telah mengalami dan menyaksikan hal tersebut berulang kali. Jonim Musik adalah salah satu pengalaman nyata.
Satu hari, tiba-tiba Mami jatuh sakit, ia tidak bisa naik turun tangga atau mengangkat barang berat. Ia pun terpaksa memutuskan untuk pensiun dini sebagai dosen Sastra Prancis di UNPAD pada tahun 2012. Meski tetap mengajar piano privat, ia masih merasa kebingungan mengisi waktunya ketika menganggur. Papi mendorong dan memberanikan Mami untuk membuka kelas kelompok musik anak di garasi. Niatan tersebut pun direstui oleh Oma.
Akhirnya Mami mendapat 5 murid pertama dan membuka ‘Kelas Garasi’ di hari Minggu, 3 juni 2012, sebuah kelas kelompok musik untuk anak usia 4-6 tahun di garasi rumah Bapak yang menjadi awal mula terbentuknya Jonim Musik.
Nama “JONIM” diambil dari nama almarhum Bapak, “John Nimpoeno,” sebagai bentuk terima kasih dan penghormatan kami, sebagai cara mengenang untuk terus menghidupkan nama beliau. Cucu-cucu Bapak, termasuk saya, selalu memanggil beliau dengan sebutan “Bapak Gajah,” karena ketika kami masih kecil, kami berpikir bahwa yang paling tua adalah yang paling besar, dan gajah merupakan sosok yang besar.
Rompi seragam murid kelas Jonim Musik
Terima kasih kepada sepupu ipar saya, Givary Malik, pendiri brand Motiviga, yang mendesain logo kami dan membantu kami membuat tas Jonim Musik yang dipakai anak-anak sampai sekarang, Dina Kamalita, yang pernah membantu mengajar di kelas-kelas Jonim Musik, Om yang selalu mendukung kami dengan memberikan saran serta masukan terkait pengelolaan finansial, Tante Nuniek yang membantu merapikan administrasi kami, serta Ozom, drummer band Rocket Rockers yang mempercayakan anakmu untuk belajar di Jonim Musik serta mengenalkan dan membawa banyak temanmu untuk belajar di Jonim Musik.
Meski selama berpuluh-puluh tahun Mami telah memiliki pengalaman mengajar anak, mengikuti berbagai pelatihan, master class, workshop pengajaran anak di luar mau pun dalam negeri, ia masih merasa kebingungan ketika mengajar anak, apalagi dengan usia semakin dini.
Kelas kelompok musik untuk bayi pertama Ibu Goeti
Akhirnya Mami bertemu dan mendapat pelatihan dari Rasheeda Cooper, pengajar senior metode Suzuki di Melbourne, dan Julie Spithill, pianis dan doctor di University of Sidney Conservatorium of Music, yang memberikan pelatihan serta pengarahan tentang metode pengajaran untuk anak usia dini. Almarhumah Dr. Sutji Martiningsih Wibowo, M.Si. juga sempat melakukan beberapa observasi di kelas Mami dan memberikan banyak masukan bermanfaat dalam memilih aktivitas yang sesuai serta cara menangani anak usia dini.
Konser perdana Jonim Musik, 12 April 2014 di IFI Bandung
Papi, yang kita kenal dengan sapaan “Pak Roy,” merupakan dosen Ilmu Komunikasi yang membantu mami merancang dan mengembangkan sistem pendidikan Kelas Jonim Musik. Ia juga memfasilitasi materi kebutuhan kelas. Dengan berbekal pengalamannya sebagai pelatih paduan suara di berbagai sekolah mau pun universitas serta menjadi penanggung jawab kemahasiswaan, ia mengaransemen serta menciptakan materi-materi musik yang digunakan di kelas, serta mengorganisir berbagai acara-acara untuk mewadahi bayi serta anak tampil di atas panggung. Kami berhasil mengadakan konser perdana Jonim Musik di tahun 2014.
Pak Roy di backstage saat konser perdana Jonim Musik
Perjuangan membangun sebuah usaha pastinya terasa seperti menaiki roller coaster. Ada banyak tantangan seperti kekurangan dana, murid mau pun pengajar, mengembangkan materi, mencari cara efektif untuk menghadapi keunikan mau pun karakteristik anak-anak, dan masih banyak lagi.
Banyak suka-duka, kemudahan-tantangan menjalani usaha keluarga. Namun pada akhirnya, kami selalu berusaha mengingatkan satu sama lain tentang: awal mula mengapa kami memutuskan untuk membuat Jonim Musik?
Ibu Goeti dengan beberapa murid lamanya
Kesulitan yang cukup berat menurut saya dalam membangun usaha di bidang pendidikan adalah mendapatkan sumber daya manusia yang memadai. Setelah beberapa lama mencari guru untuk mengajar, kami mendapatkan bantuan dari guru-guru yang berkualitas, namun mereka pada akhirnya harus berhenti mengajar karena pindah ke luar kota.
Kami merasa sangat bersyukur bertemu dan mendapatkan bantuan dari Ibu Atje dan Kak Filla yang sudah bertahun-tahun setia mengajar di Jonim Musik. Pak Abang juga telah sangat berjasa membantu kami membangun, merenovasi, memperbaiki kerusakan-kerusakan, mau pun menyiapkan fasilitas-fasilitas untuk acara mau pun kelas Jonim Musik. Sekarang ada Nia, admin Jonim Musik yang memudahkan menjalankan segala sistem dan operasional kami, serta guru-guru seperti Bu Sari, Kak Tasha, Kak Belva, Kak Zaza, dan Kak Grace yang selalu memberikan usaha terbaik dalam mengajar anak-anak di kelas.
Almarhum Prof. John Nimpoeno sebagai sosok Bapak mau pun Kakek, beliau telah menanamkan begitu banyak ajaran baik tentang berkehidupan. Beliau telah mendedikasikan hidupnya untuk mengajar serta membantu banyak orang menggali serta menemukan bakat mau pun potensi mereka melalui ilmu grafologi dan psikologi yang beliau miliki.
Konser ke-2 Jonim Musik, 15 November 2015 di Festival Citylink Bandung
Kini saatnya kami, meneruskan ilmu serta amal baik peninggalan beliau melalui Jonim Musik. Tujuan Jonim Musik adalah menggunakan musik sebagai media untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak, membentuk sikap dan perilaku positif untuk membangun karakter baik anak sejak usia dini, memberikan momen penuh kebahagiaan untuk mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua agar saling mengenal satu sama lain lebih dalam. Pada akhirnya, anak sendirilah yang memilih apakah mereka ingin melanjutkan menjadi musisi atau tidak.
Murid-murid pertama Ibu Goeti di kelas kelompok anak
Saya sendiri adalah salah seorang bukti nyata dari anak yang merasa bersyukur karena beruntung telah lahir dan hidup di lingkungan musik. Beberapa potongan momen terindah tentang masa kecil yang masih teringat di benak saya adalah ketika mengikuti kelas kelompok musik Mami, tampil bermain piano dan biola pertama kali di atas panggung, serta bermain bersama teman-teman yang saya kenal di kelas.
Musik telah membawa saya melihat banyak tempat baru, mengenal orang-orang dari berbagai daerah mau pun manca negara, serta membantu menghadapi dan menjalankan pahit-manis kehidupan.
Fiola dan murid-murid Jonim Musik di ekskul Smart Music, Smart Steps Bandung
Kepercayaan orang tua mau pun keluarga murid-murid Jonim Musik merupakan salah satu motivasi terbesar kami untuk terus berusaha mengembangkan dan memberikan yang terbaik. Tanpa kalian semua, kami tidak akan bertahan dan maju sampai di titik ini.
Angkatan pertama kelas Bintang di konser perdana Jonim Musik, 12 April 2014 di IFI Bandung
Saya terinspirasi untuk mulai membuat tulisan-tulisan di blogJonim Musik untuk bercerita tentang pengalaman kami mengajar musik, menghadapi keunikan para bayi dan anak, mengembangkan Jonim Musik, dan topik-topik lainnya yang semoga dapat bermanfaat bagi semuanya yang membaca.
Artikel ini saya dedikasikan untuk semua yang telah membantu di sepanjang perjalanan kami membangun Jonim Musik, sebagai bentuk terima kasih dan rasa syukur kami, serta menjadi pengingat kami tentang awal mula mengapa kami memutuskan untuk membangun Jonim Musik. Terima kasih banyak kami ucapkan untuk semuanya. Semoga semua usaha yang kami berikan bisa memberi banyak manfaat untuk para anak, keluarga, dan semuanya.
Mari bersama terus semangat dan berusaha memberikan segala dukungan yang terbaik untuk anak-anak tercinta!
“Cara mengajar kamu itu seperti terapi, coba kamu buat sekolah musik di ruang belakang, bisa menjadi observasi dan penelitian untuk ilmu psikologi perkembangan anak. Nanti saya akan panggil S2 atau doktor untuk observasi…”
Itulah kata-kata almarhum Kakek saya dulu, sekitar tahun 2006 kepada Mami ketika sedang mengobrol di meja makan. Meski bertahun-tahun telah berlalu, kalimat beliau tersebut selalu terngiang di benak Mami. Mami awalnya berpikir bahwa membuat sebuah sekolah musik untuk anak adalah sesuatu yang impossible.
Almarhum Kakek saya, Prof. Dr. John S. Nimpoeno, atau sering keluarga sapa dengan panggilan “Bapak,” adalah seorang psikolog dan dan pakar grafologi (ilmu membaca tulisan tangan). Sedangkan Ibu Goeti, Mami saya, memang sudah lama mengajar piano kepada anak-anak, bahkan sebelum saya lahir. Saya pun pertama kali belajar piano saat umur 3 tahun, di kelas musik kelompok Mami.
Dulu Mami mengajar privat piano di ruang tamu, yang terletak bersebelahan dengan ruang TV. Keluarga kecil kami tinggal bersama Bapak dan Oma. Ternyata, almarhum Bapak selalu memerhatikan Mami mengajar. Mami sering bercerita dan berdiskusi untuk meminta saran masukan untuk metode pengajaran anak-anaknya terutama yang membutuhkan treatment pengajaran khusus.
Setiap perkataan adalah doa…
Semenjak kecil saya sering mendengar dan diajarkan bahwa doa orang tua adalah doa yang paling ampuh. Saya pun memercayainya karena telah mengalami dan menyaksikan hal tersebut berulang kali. Jonim Musik adalah salah satu pengalaman nyata.
Satu hari, tiba-tiba Mami jatuh sakit, ia tidak bisa naik turun tangga atau mengangkat barang berat. Ia pun terpaksa memutuskan untuk pensiun dini sebagai dosen Sastra Prancis di UNPAD pada tahun 2012. Meski tetap mengajar piano privat, ia masih merasa kebingungan mengisi waktunya ketika menganggur. Papi mendorong dan memberanikan Mami untuk membuka kelas kelompok musik anak di garasi. Niatan tersebut pun direstui oleh Oma.
Akhirnya Mami mendapat 5 murid pertama dan membuka ‘Kelas Garasi’ di hari Minggu, 3 juni 2012, sebuah kelas kelompok musik untuk anak usia 4-6 tahun di garasi rumah Bapak yang menjadi awal mula terbentuknya Jonim Musik.
Ada banyak cara untuk terus menghidupkan seseorang…
Nama “JONIM” diambil dari nama almarhum Bapak, “John Nimpoeno,” sebagai bentuk terima kasih dan penghormatan kami, sebagai cara mengenang untuk terus menghidupkan nama beliau. Cucu-cucu Bapak, termasuk saya, selalu memanggil beliau dengan sebutan “Bapak Gajah,” karena ketika kami masih kecil, kami berpikir bahwa yang paling tua adalah yang paling besar, dan gajah merupakan sosok yang besar.
Terima kasih kepada sepupu ipar saya, Givary Malik, pendiri brand Motiviga, yang mendesain logo kami dan membantu kami membuat tas Jonim Musik yang dipakai anak-anak sampai sekarang, Dina Kamalita, yang pernah membantu mengajar di kelas-kelas Jonim Musik, Om yang selalu mendukung kami dengan memberikan saran serta masukan terkait pengelolaan finansial, Tante Nuniek yang membantu merapikan administrasi kami, serta Ozom, drummer band Rocket Rockers yang mempercayakan anakmu untuk belajar di Jonim Musik serta mengenalkan dan membawa banyak temanmu untuk belajar di Jonim Musik.
Kami tidak pernah dan tidak akan bisa sendiri…
Meski selama berpuluh-puluh tahun Mami telah memiliki pengalaman mengajar anak, mengikuti berbagai pelatihan, master class, workshop pengajaran anak di luar mau pun dalam negeri, ia masih merasa kebingungan ketika mengajar anak, apalagi dengan usia semakin dini.
Akhirnya Mami bertemu dan mendapat pelatihan dari Rasheeda Cooper, pengajar senior metode Suzuki di Melbourne, dan Julie Spithill, pianis dan doctor di University of Sidney Conservatorium of Music, yang memberikan pelatihan serta pengarahan tentang metode pengajaran untuk anak usia dini. Almarhumah Dr. Sutji Martiningsih Wibowo, M.Si. juga sempat melakukan beberapa observasi di kelas Mami dan memberikan banyak masukan bermanfaat dalam memilih aktivitas yang sesuai serta cara menangani anak usia dini.
Mereka merupakan sosok-sosok yang sangat membantu, menginspirasi Mami untuk menemukan dan membangun metode pengajaran musik untuk anak usia dini yang sampai sekarang digunakan di Jonim Musik. Perlahan-lahan, setelah membuka kelas musik kelompok anak Pelangi (4-5 tahun) dan Aurora (5-6 tahun), Mami membuka Kelas Matahari (usia 3-4 tahun), dilanjutkan dengan Kelas Bulan (usia 2-3 tahun), sampai akhirnya Kelas bintang (usia 6-23 bulan).
Papi, yang kita kenal dengan sapaan “Pak Roy,” merupakan dosen Ilmu Komunikasi yang membantu mami merancang dan mengembangkan sistem pendidikan Kelas Jonim Musik. Ia juga memfasilitasi materi kebutuhan kelas. Dengan berbekal pengalamannya sebagai pelatih paduan suara di berbagai sekolah mau pun universitas serta menjadi penanggung jawab kemahasiswaan, ia mengaransemen serta menciptakan materi-materi musik yang digunakan di kelas, serta mengorganisir berbagai acara-acara untuk mewadahi bayi serta anak tampil di atas panggung. Kami berhasil mengadakan konser perdana Jonim Musik di tahun 2014.
Selalu akan ada masalah yang menggoda dan memicu munculnya keinginan berhenti atau pun menyerah…
Perjuangan membangun sebuah usaha pastinya terasa seperti menaiki roller coaster. Ada banyak tantangan seperti kekurangan dana, murid mau pun pengajar, mengembangkan materi, mencari cara efektif untuk menghadapi keunikan mau pun karakteristik anak-anak, dan masih banyak lagi.
Banyak suka-duka, kemudahan-tantangan menjalani usaha keluarga. Namun pada akhirnya, kami selalu berusaha mengingatkan satu sama lain tentang: awal mula mengapa kami memutuskan untuk membuat Jonim Musik?
Kesulitan yang cukup berat menurut saya dalam membangun usaha di bidang pendidikan adalah mendapatkan sumber daya manusia yang memadai. Setelah beberapa lama mencari guru untuk mengajar, kami mendapatkan bantuan dari guru-guru yang berkualitas, namun mereka pada akhirnya harus berhenti mengajar karena pindah ke luar kota.
Kami merasa sangat bersyukur bertemu dan mendapatkan bantuan dari Ibu Atje dan Kak Filla yang sudah bertahun-tahun setia mengajar di Jonim Musik. Pak Abang juga telah sangat berjasa membantu kami membangun, merenovasi, memperbaiki kerusakan-kerusakan, mau pun menyiapkan fasilitas-fasilitas untuk acara mau pun kelas Jonim Musik. Sekarang ada Nia, admin Jonim Musik yang memudahkan menjalankan segala sistem dan operasional kami, serta guru-guru seperti Bu Sari, Kak Tasha, Kak Belva, Kak Zaza, dan Kak Grace yang selalu memberikan usaha terbaik dalam mengajar anak-anak di kelas.
Dari keluarga untuk keluarga…
Almarhum Prof. John Nimpoeno sebagai sosok Bapak mau pun Kakek, beliau telah menanamkan begitu banyak ajaran baik tentang berkehidupan. Beliau telah mendedikasikan hidupnya untuk mengajar serta membantu banyak orang menggali serta menemukan bakat mau pun potensi mereka melalui ilmu grafologi dan psikologi yang beliau miliki.
Kini saatnya kami, meneruskan ilmu serta amal baik peninggalan beliau melalui Jonim Musik. Tujuan Jonim Musik adalah menggunakan musik sebagai media untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak, membentuk sikap dan perilaku positif untuk membangun karakter baik anak sejak usia dini, memberikan momen penuh kebahagiaan untuk mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua agar saling mengenal satu sama lain lebih dalam. Pada akhirnya, anak sendirilah yang memilih apakah mereka ingin melanjutkan menjadi musisi atau tidak.
Masa eksplorasi, perkembangan, mau pun pengalaman yang dialami di usia dini merupakan awal mula seseorang membangun sebuah pondasi yang akan membantu menopangnya menghadapi kehidupan di masa mendatang dan seterusnya.
Saya sendiri adalah salah seorang bukti nyata dari anak yang merasa bersyukur karena beruntung telah lahir dan hidup di lingkungan musik. Beberapa potongan momen terindah tentang masa kecil yang masih teringat di benak saya adalah ketika mengikuti kelas kelompok musik Mami, tampil bermain piano dan biola pertama kali di atas panggung, serta bermain bersama teman-teman yang saya kenal di kelas.
Musik telah membawa saya melihat banyak tempat baru, mengenal orang-orang dari berbagai daerah mau pun manca negara, serta membantu menghadapi dan menjalankan pahit-manis kehidupan.
Kepercayaan orang tua mau pun keluarga murid-murid Jonim Musik merupakan salah satu motivasi terbesar kami untuk terus berusaha mengembangkan dan memberikan yang terbaik. Tanpa kalian semua, kami tidak akan bertahan dan maju sampai di titik ini.
Saya terinspirasi untuk mulai membuat tulisan-tulisan di blog Jonim Musik untuk bercerita tentang pengalaman kami mengajar musik, menghadapi keunikan para bayi dan anak, mengembangkan Jonim Musik, dan topik-topik lainnya yang semoga dapat bermanfaat bagi semuanya yang membaca.
Artikel ini saya dedikasikan untuk semua yang telah membantu di sepanjang perjalanan kami membangun Jonim Musik, sebagai bentuk terima kasih dan rasa syukur kami, serta menjadi pengingat kami tentang awal mula mengapa kami memutuskan untuk membangun Jonim Musik. Terima kasih banyak kami ucapkan untuk semuanya. Semoga semua usaha yang kami berikan bisa memberi banyak manfaat untuk para anak, keluarga, dan semuanya.
Mari bersama terus semangat dan berusaha memberikan segala dukungan yang terbaik untuk anak-anak tercinta!
Salam Hangat,
Fiola